Tuesday, 16 February 2016

We will miss u.. Sikak n nini..

Tidak terasa sudah 10 hari sikak nini (kakek nenek -bahasa bali) menjenguk kami di jember. Selama sepuluh hari pula sikak nini nemenin el bermain. Hehe. El senang sekali kedatangan sikak dan nini. Setiap bangun tidur langsung mencari sikak atau nini dan mengajak main atau nonton barney.
Saat berwisata di rembangan

Selama di jember ingin sekali mengajak sikak nini jalan2 terus. Tapi apa daya hanya sabtu minggu hari kosongnya. Jadilah kami mengajak sikak nini menikmati rembangan, pantai papuma dan alun2 kota jember.

Rasanya tidak terasa sudah 10 hari bersama dan pagi tadi sikak nini pulang. Sempat khawatir el akan menangis. Sejak semalam sudah saya beritahukan kepada el kalau sikak nini besok pulang. Sempat rewel dan terbangun dari tidur untuk menanyakan sikak dan nini.

Saat sikak nini akan berangkat saya bangunkan el dan kami doa bersama. El sempat tidak mau berpelukan dengan sikak nini. Tapi akhirnya setelah dibujuk2 el mau memeluk bahkan mencium sikak dan nini. Saya sempat menyangka el akan menangis tapi ternyata el mulai bisa menerima keadaan yang baru ia rasakan. RASA PERPISAHAN. Hehe.. Two thumbs up boy! Mama belajar hal baru dari el hari ini..life must go on..cemumudh!! Walaupun sepi melanda...hikss.. Hehe..kok malah mama yang mellow jadinya..;)

We will miss u sikak nini...* smoooch

Friday, 12 February 2016

Anak tidak mau berbagi

Setiap pagi dan sore --jika tidak hujan-- el akan berjalan2 di sekitar rumah dengan mama papa atau dengan mbah. Terkadang ada tetangga yg main ke rumah. Teman el namanya ve usianya sudah 2,5 tahun. Karena jarak rumah dekat jadi el sering main bersama.
Sumber gambar: google.com

Seringkali saat el main ke rumah ve, ve tidak mau meminjamkan mainannya.Ternyata perilaku ve ini ditiru oleh el. Saat ve main ke rumah, terjadi perebutan mainan dan berujung tangisan. Karena belum pernah mengalami masalah ini, langsung mulai browsing tentang anak yang tidak mau berbagi.

Awalnya sempat khawatir, tapi ternyata hal ini wajar terjadi pada rentang usia 2-5 tahun karena anak mulai dapat berfikir dan berbicara tentang diri sendiri. Jadi,,, di saat egonya sedang tumbuh dan tiba2 harus berbagi tentu saja anak keberatan. Namun dari pengalamannya, lama kelamaan anak bisa belajar bagaimana teman2nya bereaksi terhadap tindakannya. Jika hasrat untuk diterima lingkungan sosialnya kuat, akan mendorongnya untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial. Teman sebaya merupakan "agen sosial" yang akan memberikan pengalaman pada anak tentang perilaku yang dapat diterima oleh kelompoknya. Bila anak tidak mau berbagi dengan teman2nya, lama kelamaan tidak ada teman yg mau bermain bersama.

Lalu apa yang sebaiknya dilakukan orangtua....


  • Hindari penggunaan kata "pelit", "jahat", "nakal", pada anak yang tidak mau berbagi, karena kata2 ini akan membuat anak merasa tidak berharga dan disalahkan. Pada dasarnya ia belum begitu paham mengenai perilaku apa yang diharapkan karena masih memandang dirinya sebagai orang yang paling penting (dampak dari egosentris).
  • Bila anak tetap ngotot tidak juga mau berbagi, cukup dengan mengatakan bahwa temannya akan merasa senang bila ia mau meminjamkan mainannya. Atau temannya  akan merasa sedih kalau tidak dibolehkan mencicipi makanan miliknya. Melalui pernyataan tersebut, anak dilatih untuk berempati pada orang lain.
  • Jangan memaksa anak untuk berbagi. Bagaimanapun adalah hak anak untuk berbagi atau tidak. Selain itu, bila semuanya harus dibagi, dikhawatirkan anak tak punya batasan, mana miliknya dan mana milik orang lain, sehingga bisa saja ia memakai/mengambil barang milik orang lain seenaknya saja tanpa mempertimbangkan bahwa pemiliknya juga memerlukan barang tsb.
  • Beri batasan sesuai norma sosial yang berlaku. Misalnya, dengan menjelaskan "Ini punya kamu dan ini milik adikmu atau kakakmu." Dengan demikian anak tahu mana yang miliknya dan bukan.
  • Berikan contoh yang baik. Jika anda membuat kue, misal beri satu pada si anak, kakaknya, tantenya, atau orang lain yg berada di rumah. Dari sini anak bisa belajar berbagi sehingga satu saat terdorong untuk melakukan hal yang sama.
  • Biasakan minta izin lebih dahulu pada anak bila Anda hendak memakai barang milik anak. Jangan mentang2 anda yang memberikan lantas main ambil saja. Bukankah batang itu sudah diberikan kepada anak? Dengan anda meminta izin lebih dahulu, anak belajar bahwa untuk memakai barang orang lain harus minta izin. Kelak, dengan sendirinya ia tak akan keberatan bila ada teman hendak meminjam mainannya, misal: karena ia tahu mainan itu pasti akan dikembalikan dan tetap menjadi miliknya.
Setelah membaca ulasan tersebut, saya mulai meminta izin pada el jika saya meminjam mainannya, sehingga saat ve berkunjung el mulai terbiasa meminjamkan barang. Jika ve ingin mainan yang sedang dimainkan el saya minta izin pada el, maukah meminjamkan mainannya pada ve..el terdiam..lalu saya bilang, ve pasti sedih jika el tidak meminjamkan mainan tsb. Kadang cara ini berhasil. Tapi terkadang tidak. Saat el tidak mau meminjamkan saya tidak mau memaksanya, jadi saya katakan jika ini memang mainan kesukaan el tolong disimpan saja supaya tidak rebutan dengan teman. Bagaimanapun anak kita masih beradaptasi dengan emosinya sendiri dan juga dengan pengaruh lingkungan. Mari kita bimbing anak kita untuk belajar mengambil keputusan sendiri.

Sumber bacaan :
80 solusi masalah perkembangan anak (Nakita) hal 84.