Sumber gambar: google.com
Seringkali saat el main ke rumah ve, ve tidak mau meminjamkan mainannya.Ternyata perilaku ve ini ditiru oleh el. Saat ve main ke rumah, terjadi perebutan mainan dan berujung tangisan. Karena belum pernah mengalami masalah ini, langsung mulai browsing tentang anak yang tidak mau berbagi.
Awalnya sempat khawatir, tapi ternyata hal ini wajar terjadi pada rentang usia 2-5 tahun karena anak mulai dapat berfikir dan berbicara tentang diri sendiri. Jadi,,, di saat egonya sedang tumbuh dan tiba2 harus berbagi tentu saja anak keberatan. Namun dari pengalamannya, lama kelamaan anak bisa belajar bagaimana teman2nya bereaksi terhadap tindakannya. Jika hasrat untuk diterima lingkungan sosialnya kuat, akan mendorongnya untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial. Teman sebaya merupakan "agen sosial" yang akan memberikan pengalaman pada anak tentang perilaku yang dapat diterima oleh kelompoknya. Bila anak tidak mau berbagi dengan teman2nya, lama kelamaan tidak ada teman yg mau bermain bersama.
Lalu apa yang sebaiknya dilakukan orangtua....
- Hindari penggunaan kata "pelit", "jahat", "nakal", pada anak yang tidak mau berbagi, karena kata2 ini akan membuat anak merasa tidak berharga dan disalahkan. Pada dasarnya ia belum begitu paham mengenai perilaku apa yang diharapkan karena masih memandang dirinya sebagai orang yang paling penting (dampak dari egosentris).
- Bila anak tetap ngotot tidak juga mau berbagi, cukup dengan mengatakan bahwa temannya akan merasa senang bila ia mau meminjamkan mainannya. Atau temannya akan merasa sedih kalau tidak dibolehkan mencicipi makanan miliknya. Melalui pernyataan tersebut, anak dilatih untuk berempati pada orang lain.
- Jangan memaksa anak untuk berbagi. Bagaimanapun adalah hak anak untuk berbagi atau tidak. Selain itu, bila semuanya harus dibagi, dikhawatirkan anak tak punya batasan, mana miliknya dan mana milik orang lain, sehingga bisa saja ia memakai/mengambil barang milik orang lain seenaknya saja tanpa mempertimbangkan bahwa pemiliknya juga memerlukan barang tsb.
- Beri batasan sesuai norma sosial yang berlaku. Misalnya, dengan menjelaskan "Ini punya kamu dan ini milik adikmu atau kakakmu." Dengan demikian anak tahu mana yang miliknya dan bukan.
- Berikan contoh yang baik. Jika anda membuat kue, misal beri satu pada si anak, kakaknya, tantenya, atau orang lain yg berada di rumah. Dari sini anak bisa belajar berbagi sehingga satu saat terdorong untuk melakukan hal yang sama.
- Biasakan minta izin lebih dahulu pada anak bila Anda hendak memakai barang milik anak. Jangan mentang2 anda yang memberikan lantas main ambil saja. Bukankah batang itu sudah diberikan kepada anak? Dengan anda meminta izin lebih dahulu, anak belajar bahwa untuk memakai barang orang lain harus minta izin. Kelak, dengan sendirinya ia tak akan keberatan bila ada teman hendak meminjam mainannya, misal: karena ia tahu mainan itu pasti akan dikembalikan dan tetap menjadi miliknya.
Setelah membaca ulasan tersebut, saya mulai meminta izin pada el jika saya meminjam mainannya, sehingga saat ve berkunjung el mulai terbiasa meminjamkan barang. Jika ve ingin mainan yang sedang dimainkan el saya minta izin pada el, maukah meminjamkan mainannya pada ve..el terdiam..lalu saya bilang, ve pasti sedih jika el tidak meminjamkan mainan tsb. Kadang cara ini berhasil. Tapi terkadang tidak. Saat el tidak mau meminjamkan saya tidak mau memaksanya, jadi saya katakan jika ini memang mainan kesukaan el tolong disimpan saja supaya tidak rebutan dengan teman. Bagaimanapun anak kita masih beradaptasi dengan emosinya sendiri dan juga dengan pengaruh lingkungan. Mari kita bimbing anak kita untuk belajar mengambil keputusan sendiri.
Sumber bacaan :
80 solusi masalah perkembangan anak (Nakita) hal 84.
No comments:
Post a Comment